logo Kompas.id
EkonomiKualitas Biodiesel Dianggap...
Iklan

Kualitas Biodiesel Dianggap Boros dan Membengkakkan Biaya

Program biodiesel yang dikembangkan pemerintah menyisakan catatan. Selain lebih boros, ada potensi pembengkakan subsidi BBM. Pengurangan impor bensin sebaiknya diprioritaskan.

Oleh
ARIS PRASETYO
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/jjN00we9UJL7lb9qGWnf3Cbehb0=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F12%2F1301f38e-f8b5-45cc-9433-cdec3e89d68e_jpg.jpg
Kompas/Wawan H Prabowo

Wakil Komisaris Utama Pertamina Budi Gunadi Sadikin, Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama, dan Dirut Pertamina Nicke Widyawati berbincang saat menunggu kedatangan Presiden Joko Widodo yang akan meresmikan implementasi energi baru terbarukan biodiesel 30 persen (B-30) di SPBU Pertamina, Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan, Senin (23/12/2019).

JAKARTA, KOMPAS — Kualitas biodiesel untuk bahan bakar solar B-30 menjadi sorotan lantaran dianggap boros dan membengkakkan biaya operasional kendaraan, khususnya kendaraan alat berat. Rencana pemerintah menaikkan angka pencampuran menjadi B-40 atau B-50 sebaiknya dipertimbangkan ulang. Selisih harga yang lebar antara minyak mentah dan minyak kelapa sawit juga berpotensi membuat subsidi membengkak.

Demikian yang mengemuka dalam seminar web ”Program B-30 dan B-40: Peluang dan Tantangan” yang diselenggarakan Balai Teknologi Bahan Bakar dan Rekayasa Desain (BTBRD), Rabu (16/12/2020). B-30 adalah bahan bakar minyak (BBM) yang merupakan campuran dari biodiesel (30 persen) dan solar murni (70 persen) dengan nama pasar biosolar. Adapun biodiesel merupakan produk olahan dari minyak kelapa sawit mentah (CPO).

Editor:
Hendriyo Widi
Bagikan