logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊSubstitusi Impor Mesti Dimulai...
Iklan

Substitusi Impor Mesti Dimulai dengan Membangun Hulu

Pemerintah ingin mengubah dominasi bahan baku impor industri makanan dan minuman yang kini mencapai 62 persen. Namun, tanpa usaha membenahi hulu terlebih dulu, target substitusi diyakini bakal sulit terwujud.

Oleh
M Paschalia Judith J/Agnes Theodora
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/SlP0ycS_MZhEY7B8OPzLZseJQCo=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F11%2F20201103WEN8_1604381196.jpg
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Buruh tani berada di antara tanaman jagung yang memasuki masa panen raya di Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Selasa (3/11/2020). Kementerian Pertanian berencana mengembangkan varietas jagung berproduksi tinggi dengan hasil 11 ton per hektar.

JAKARTA, KOMPAS β€” Rencana pemerintah menggeser dominasi impor bahan baku untuk industri makanan-minuman mensyaratkan penguatan produksi di hulu melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Ada sejumlah hambatan yang perlu diselesaikan guna meningkatkan daya saing dan mengejar tuntutan kebutuhan.

Kementerian Perindustrian mencatat, 62 persen kebutuhan bahan baku industri makanan-minuman berasal dari impor. Pemerintah menargetkan dapat menekan impor bahan baku, khususnya pada empat subindustri, yakni pengolahan susu, buah, gula berbasis tebu, dan pemurni jagung.

Editor:
Mukhamad Kurniawan
Bagikan