logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊPetani Memikul Beban Kebijakan
Iklan

Petani Memikul Beban Kebijakan

Setelah dihantam kekeringan tahun lalu, sebagian petani di pantai utara Jawa Barat kini dihantui banjir dan serangan hama. Namun, selain ketidakpastian cuaca, perubahan kebijakan juga rentan memperburuk nasib mereka.

Oleh
Abdullah Fikri Ashri
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/zzDGfa2c5fekyCcx0aZrVm3rgko=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2F20200211_ENGLISH-SERIAL-PETANI_B_web_1581428330.jpg
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI

Petani berupaya menyelamatkan tanaman padinya yang terendam banjir di Suranenggala, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Kamis (6/2/2020). Padi berusia di atas 25 hari itu terendam akibat hujan deras dan buruknya saluran pembuangan setempat.

Sebagian sawah di Desa Suranenggala Kidul, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Senin (10/2/2020), bak sungai coklat. Pemandangan hijau padi nyaris tak terlihat. Padi berumur sekitar setengah bulan layu terendam. Akarnya menghitam, busuk. Sejumlah petani menggali tanggul agar air bisa mengalir. ”Padi saya mati terendam. Rugi sampai Rp 4 juta,” kata Kartaman (55), petani Desa Suranenggala Lor yang sawahnya kebanjiran.

Padi di lahan sekitar 7.000 meter persegi itu rusak terendam banjir dari Kamis hingga Sabtu pekan lalu seiring tingginya curah hujan dan buruknya drainase. Akibatnya, ia harus membeli lagi sekitar 500 ikat benih padi senilai Rp 2,5 juta, belum termasuk biaya buruh tanam. Katanya, ia masih beruntung. Biasanya, jika banjir meluas, harga benih bisa melonjak dari Rp 5.000 menjadi Rp 10.000 per ikat karena mesti didatangkan dari Indramayu.

Editor:
Mukhamad Kurniawan
Bagikan