logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊPotensi Masalah Bisnis...
Iklan

Potensi Masalah Bisnis Pengantaran Makanan

Bisnis pemesanan dan pengantaran makanan melonjak. Kini, seiring pertumbuhan bisnis ini, muncul pertanyaan tentang keamanan pangan yang dipesan dan dikonsumsi masyarakat.

Oleh
Andreas Maryoto
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/fRBt5YL9y7woqtED96U5z4LCP1g=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F01%2F10b8684a-e8fa-4ff9-9b39-c243bdc9fa6d_jpg.jpg
KOMPAS/AYU PRATIWI

Ratusan pengemudi motor mitra GrabFood di Jakarta bersiap mengantarkan paket makanan gratis kepada mereka yang mendedikasikan waktunya melayani kepentingan umum, seperti petugas pemadam kebakaran, polisi, dokter, dan petugas kebersihan, Jumat (17/1/2020). Gerakan itu digelar secara serentak di lima kota di Indonesia dengan total 10.000 paket makanan.

Fenomena jasa pengantaran makanan secara dalam jaringan merebak di berbagai belahan dunia. Orang mau membayar lebih hanya demi mendapatkan makanan, tetapi tetap santai di rumah atau kantor. Meski demikian, kini mulai muncul pertanyaan kritis tentang penanggung jawab keamanan pangan, mulai dari makanan di produksi, kemudian dikemas, lalu diantar ke tujuan hingga dibuka dan dikonsumsi konsumen.

Pertengahan tahun lalu, sidang di pengadilan Singapura meneliti kasus kematian warganya yang meninggal pada 14 November 2018 setelah mengonsumsi makanan yang dipesan secara daring dan diantar melalui jasa pengiriman.

Editor:
dewiindriastuti
Bagikan