logo Kompas.id
β€Ί
Pendidikan & Kebudayaanβ€ΊIndonesia Kekurangan Buku...
Iklan

Indonesia Kekurangan Buku Bacaan

Kurangnya bahan bacaan menjadi salah satu penyebab rendahnya literasi masyarakat Indonesia. Para penulis di daerah perlu didorong untuk terus berkarya menuangkan karyanya dalam buku.

Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/hhaTh2Yf8QD18EhUS59Tq2KaS0E=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F09%2F20200822_132839_1599386151.jpg
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU

Buku bacaan anak langka dimiliki di rumah. Lewat program Buku Masuk Rumah, tiap rumah secara bergiliran bisa membaca beragam buku bacaan sesuai kebutuhan, termasuk buku anak. Anak-anak Desa Banjarsari, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, tak sabar menanti giliran buku baru yang tiba tiap dua minggu sekali. Mereka saling bertukar buku bacaan karena buku bacaan sudah dilahap dalam waktu singkat.

JAKARTA, KOMPAS β€” Literasi masyarakat Indonesia yang rendah, antara lain, disebabkan oleh kurangnya bahan bacaan. Rasio buku bacaan di Indonesia yakni satu buku untuk 90 orang. Padahal, sesuai standar UNESCO, tiap orang membaca tiga buku tiap tahun.

Kurangnya bahan bacaan di Indonesia diungkapkan Kepala Perpustakaan Nasional M Syarif Bando di acara Peluncuran dan Diskusi Buku Inkubator Literasi Pustaka Nasional 2021 Rabu (3/11/2012). Rasio ketersediaan buku bacaan yang dihitung dari perbandingan jumlah penduduk dan jumlah buku berdasarkan sensus perpustakaan pada 2019  terlihat ada kesenjangan di berbagai pulau.

Editor:
Adhitya Ramadhan
Bagikan