Temanku SMP dalam Dua Tahun ini, Sudah Tiga Kali Bercerai
Perkawinan anak terus mengancam masa depan anak-anak terutama perempuan, termasuk di masa pandemi Covid-19. Untuk mencegahnya, anak-anak harus dilibatkan, untuk meyakinkan teman sebayanya melawan perkawinan anak.
Fenomena perkawinan anak di daerah bukanlah sesuatu baru. Melihat anak belasan tahun yang baru lulus sekolah dasar atau masih duduk di bangku sekolah menengah pertama menikah itu bukan hal aneh bagi masyarakat di sejumlah desa. Bahkan, pada masa pandemi Covid-19, perkawinan anak dianggap sebagai solusi untuk keluar dari problem ekonomi ataupun stigma sosial.
Namun yang terjadi bukan menyelesaikan masalah, melainkan menghadirkan persoalan baru. Ketidaksiapan dan belum matangnya seorang anak memasuki jenjang perkawinan membuat perkawinannya tidak berhasil. Kalaupun bertahan, itu hanya seumur jagung.