logo Kompas.id
Pendidikan & KebudayaanGeliat Budaya Tanpa Raba
Iklan

Geliat Budaya Tanpa Raba

”Mangan ora mangan kumpul”. Slogan Jawa ini praktis mati selama masa pandemi Covid-19. Kebiasaan masyarakat berkumpul, ngobrol ”ngalor-ngidul”, dan berkegiatan bersama terpaksa harus ditahan selama hampir sembilan bulan.

Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/lsyxBRSPp5iS-9ShZI0YuxB0lwQ=/1024x681/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F10%2FDSC_1770_1604155973.jpg
DOK PEKAN KEBUDAYAAN NASIONAL 2020

Penampilan tari Mighty Indonesia karya koreografer Eko Supriyanto dalam pembukaan Pekan Kebudayaan Nasional 2020, Sabtu (31/10/2020). Eko memilih latar pelataran belakang Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

Dalam ekosistem budaya, pertemuan dan dialog adalah aktivitas vital, ”darah” kreativitas. Apalah artinya  budaya tanpa adanya perjumpaan. Barangkali, ini adalah siksaan luar biasa bagi para pelaku budaya.

Sampai awal November 2020, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mendata 59 ribuan pelaku budaya yang terdampak pandemi. Dari jumlah itu, 10 ribuan di antaranya telah menerima bantuan uang tunai Rp 1 juta melalui program Apresiasi Pelaku Budaya.

Editor:
Aloysius Budi Kurniawan
Bagikan