logo Kompas.id
Pendidikan & KebudayaanGelontor, Kucur, "Netes"
Iklan

Gelontor, Kucur, "Netes"

Pemanfaatan kata gelontor, kucur, dan "netes" yang identik dengan aliran air juga lazim difungsikan sebagai cara penyaluran uang dalam berbagai skala nominal.

Oleh
KASIJANTO SASTRODINOMO
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/riB64JAza5cVmgYLQ9qRY_BYpUg=/1024x575/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F12%2FBAHASA-Kolom_1545409606.png

Berapakah dana atau uang yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk menangkal wabah yang berkecamuk? Pada awal pandemi diberitakan bahwa pemerintah telah menggelontorkan anggaran untuk mengatasi Covid-19 melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebesar Rp 405 triliun lebih (Kompas.com, 31/3/2020). Selain dinyatakan dengan angka, isyarat tentang seberapa besar jumlah dana itu diperkuat kata menggelontorkan. Tak masalah jika kata itu tergolong kasar (lihat KBBI) karena sangat efektif untuk membahasakan hal-hal penting, dan mungkin rumit, bagi khalayak luas.

Mulanya verba gelontor biasa dipakai untuk memerikan aliran air dalam volume besar hingga apa saja di sekitarnya bisa hanyut. Bendung Katulampa di Bogor, contohnya, kerap disebut menggelontorkan air bah kala hujan deras mengguyur. Jadi, aliran dana/uang dalam jumlah besar, seturut perian dan contoh tersebut, dibayangkan bagai luapan banjir. Gambaran uang sebagai benda cair juga terlihat dalam ungkapan ”dana sudah cair” ketika duit dalam jumlah tertentu dikeluarkan dari bank, brankas, atau bendahara—misal dana-dana proyek pembangunan, penelitian, dan beasiswa.

Editor:
Aloysius Budi Kurniawan
Bagikan