logo Kompas.id
β€Ί
Pendidikan & Kebudayaanβ€ΊPenyebaran Nilai Intoleransi...
Iklan

Penyebaran Nilai Intoleransi di PAUD Libatkan Perempuan

Perempuan digunakan dalam proses penyebaran intoleransi. Salah satunya melalui lembaga pendidikan. Guru digunakan sebagai media penyebaran intoleran karena profesi ini yang memungkinkan perempuan untuk ke luar rumah.

Oleh
Sonya Hellen Sinombor
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/kbtSb1NKnznY3Dbs38nmg3YsUYc=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F11%2Fe2e1b3ea-969d-4f77-bf4c-bc9f635b5f2e_jpg.jpg
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI

Suasana Silaturahim Daerah Bu Nyai Nusantara Jawa Barat di Pondok Buntet Pesantren, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Minggu (24/11/2019). Dalam acara tersebut, ibu nyai se-Jabar diharapkan mampu mengatasi persoalan bangsa, seperti pengangguran dan penyebaran radikalisme.

JAKARTA, KOMPAS β€” Penyebaran paham intoleransi di tengah masyarakat Indonesia kini semakin mengkhawatirkan. Sejumlah lembaga pendidikan anak usia dini menjadi sasaran penyebaran nilai  dan sikap intoleransi dengan melibatkan perempuan. Proses penanaman dan penyebaran intoleransi yang melibatkan perempuan juga dikembangkan di komunitas.

Pengaruh pendidikan anak usia dini (PAUD) intoleran tersebut berdampak pada menguatnya konservatif di komunitas dan munculnya kelompok-kelompok eksklusif yang menyebabkan sekat-sekat hubungan antargolongan di komunitas.

Editor:
Aloysius Budi Kurniawan
Bagikan