logo Kompas.id
β€Ί
Pendidikan & Kebudayaanβ€ΊPergulatan Perempuan di...
Iklan

Pergulatan Perempuan di Kawasan Hutan Adat Pubabu

Pola relasi perempuan dengan alam membuat perempuan memiliki pengetahuan dan pengalaman yang khas. Namun, saat terjadi konflik, mereka sering berada dalam situasi rentan, bahkan sering menjadi korban kekerasan.

Oleh
Sonya Hellen Sinombor
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/AUwIgkQ5_PxJZ307NOfkVkHIK00=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F08%2F20200827korf-anak-anak-dan-perempuan_1598578583.jpg
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA

Masyarakat adat Pubabu yang digusur pemerintah provinsi kemudian membangun tenda darurut di dalam tanah adat untuk berteduh. Tampak anak-anak dan perempuan berada di dalam tenda bantuan dari Wahana Visi Indonesia.

Kehidupan perempuan tidak bisa dilepaskan dari alam karena berbagai peran jender yang dijalankan selama ini. Namun, dalam kenyataannya, kelekatan dengan alam membuat perempuan berada dalam situasi dan kondisi yang rentan, terutama saat terjadi konflik di wilayahnya. Sejumlah perempuan, bahkan, menjadi korban dan hidup dalam pusaran konflik.

Perempuan-perempuan di Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur, misalnya. Konflik perebutan lahan di kawasan hutan adat ”Kio” Pubabu di Kecamatan Amanuban Selatan, yang terjadi bertahun-tahun belakangan ini memanas, menempatkan perempuan pada situasi sulit.

Editor:
Aloysius Budi Kurniawan
Bagikan