Bentara Budaya, Visi Jakob Oetama
Sejak didirikan 38 tahun silam, Bentara Budaya diwakafkan sebagai panggung bagi para seniman pinggiran. Keberadaannya mengejawantahkan falsafah amanat hati nurani rakyat.
Tahun 1982, wartawan senior Sindhunata bersenda gurau dengan salah satu pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama (almarhum). โPak, saya dengar gedung ini mau disewakan, apa benar?โ ujarnya. Waktu itu beredar kabar, sebuah gedung kecil milik Kompas Gramedia di pinggir Jalan Jenderal Sudirman, Yogyakarta, hendak disewakan setelah Toko Buku Gramedia pindah ke gedung yang lebih besar.
โKamu punya usul apa?โ kata Jakob. Sindhunata yang waktu itu menjadi kontributor harian Kompas langsung mengutarakan unek-uneknya. โPak, saya usul, di Yogya ini tidak ada tempat untuk pameran seni-seni pinggiran, ruang publik masih minim, apalagi untuk mereka yang tidak punya kesempatan tampil. Bagaimana kalau kita memberikan tempat bagi mereka?โ kata Sindhunata.