logo Kompas.id
β€Ί
Pendidikan & Kebudayaanβ€ΊPandemi dan Kemiskinan Anak
Iklan

Pandemi dan Kemiskinan Anak

Krisis akibat pandemi mengakibatkan jumlah penduduk miskin bertambah, yang berarti menambah jumlah anak miskin. Tumbuh dalam kemiskinan berdampak besar pada kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan masa depan mereka.

Oleh
Yovita Arika dan Deonisia Arlinta
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/0nFQ26lF1W6Y6W35hurSZUSKz9M=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F08%2Fbcf0cd1b-c74e-494c-92a2-990041c12334_jpg.jpg
Kompas/AGUS SUSANTO

Anak-anak mengamen dengan membawa ondel-ondel di Jalan RS Soekanto, Jakarta Timur, Minggu (9/8/2020). Krisis ekonomi akibat pandemi meningkatkan jumlah penduduk miskin. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Maret 2020, ada 26,42 juta orang miskin di Indonesia, bertambah 1,63 juta dibandingkan pada September 2019.

Krisis akibat pandemi Covid-19 mempunyai dampak sosial ekonomi pada masyarakat karena jumlah kemiskinan bertambah akibat penurunan dan hilangnya pendapatan rumah tangga. Anak-anak di rumah tangga miskin paling rentan terdampak dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, per Maret 2020 jumlah orang miskin 26,42 juta, bertambah 1,63 juta dibandingkan pada September 2019 (Kompas, 17/7/2020). Angka kemiskinan diprediksi 10,6 persen tahun ini dengan perkiraan tambahan 4 juta orang di bawah garis kemiskinan.

Editor:
Aloysius Budi Kurniawan
Bagikan