logo Kompas.id
Pendidikan & Kebudayaan”Merdeka” di Mata Perempuan...
Iklan

”Merdeka” di Mata Perempuan Akar Rumput

Kendati Indonesia sudah merdeka selama 75 tahun, sampai saat ini masih banyak perempuan yang mengalami kekerasan dan diskriminasi. Karena itu, perempuan di akar rumput kini bangkit mendobrak budaya patriarki,

Oleh
SONYA HELLEN SINOMBOR
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/P3ibf7NjDh4_N35SYchd5wUqf2c=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F10%2F20181006son1_1538836376.jpg
KOMPAS/SONYA HELLEN SINOMBOR

Ibu-ibu anggota Sekolah Perempuan di Desa Sukadana, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat, berkumpul dan berbicara tentang sekolah perempuan di sebuah berugak yang ada di tengah permukiman mereka di Dusun Segenter, Kamis (26/7/2018). Berugak merupakan tempat berkumpul masyarakat setempat sekaligus berfungsi sebagai tempat acara adat musyawarah persiapan perkawinan.

Kata ”merdeka” bagi setiap perempuan di Tanah Air memiliki makna yang berbeda. Kemerdekaan memiliki makna luas, yakni merdeka mulai dari cara berpikir, berbicara, hingga bertindak. Merdeka adalah ketika perempuan sudah mengambil keputusan sendiri, mampu berjuang, dan membebaskan diri dari berbagai kekerasan, serta bisa keluar dari rumah dan berpartisipasi dalam pembangunan.

”Makna merdeka, pertama adalah hati kita harus bersih dari pikiran-pikiran yang membelenggu. Kedua, kita bisa dan mampu memperjuangkan hak-hak perempuan itu sendiri, misalnya ketika dalam perkawinan anak kita mampu ’pembelasan’ sehingga anak bisa dapat hak sekolah lagi. Namun, yang paling penting, adalah hati dan pikiran kita harus merdeka,” ujar Sisca dari Sekolah Perempuan Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, pada acara Peluncuran Sekolah Perempuan Nusantara sekaligus peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Ke-75 RI, Senin (17/8/2020) petang.

Editor:
Aloysius Budi Kurniawan
Bagikan