Berdamai dengan Matematika
Matematika sudah bergenerasi memiliki predikat ”momok” bagi siswa. Saatnya memutus stigma tersebut yang bisa dimulai dengan memberikan pelatihan secara benar dan tepat bagi guru Matematika.
Mendengar pelajaran Matematika disebut saja, kebanyakan hati orang ketar-ketir. Di media sosial, meme kocak mengenai pelajaran Matematika mudah dijumpai. Sebutlah, ”Peraturan dalam Matematika, kalau lu ngerjainnya gampang berarti jawaban lu salah”, ”Sesuatu yang gampang dibikin susah: Matematika”, dan masih banyak lagi. Ada pula yang mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari, seperti meme ”Rindu masa dulu di mana masalah terberat hanya PR Matematika”.
Di balik kocaknya konten-konten teks ataupun gambar yang disematkan di meme berkaitan Matematika sebenarnya menyiratkan satir. Di kancah internasional, kompetensi Matematika siswa amat diperhitungkan. Hasil Program Penilaian Pelajar Internasional (PISA) terakhir, yakni tahun 2018, menjelaskan, dari pengukuran untuk siswa berusia 15 tahun, rata-rata skor siswa Indonesia adalah 371 dalam membaca, Matematika 379, dan Sains 396. Capaian skor tersebut di bawah rata-rata 79 negara peserta PISA, yakni 487 kemampuan membaca dan 489 untuk Matematika dan Sains.