logo Kompas.id
β€Ί
Pendidikan & Kebudayaanβ€ΊPola Asuh Toksik yang Akan...
Iklan

Pola Asuh Toksik yang Akan Terus Berulang

Kunci anak yang tumbuh bahagia adalah orangtua yang bahagia. Tanpa itu, orangtua hanya akan mewariskan luka batinnya kepada anak.

Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/MnVM2eTsA-82cI_XDzA-EWkrDLo=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F07%2Ff5217281-7956-4a5f-83d0-39dbc2ef21ae_jpg.jpg
Kompas/Hendra A Setyawan

Mural kampanye perlindungan anak tergambar di tembok rumah warga di kawasan Cinere, Depok, Jawa Barat, Senin (20/7/2020). Berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, jumlah pelaku kekerasan pada anak dari kalangan orangtua dan anggota keluarga meningkat setiap tahun.

JAKARTA, KOMPAS β€” Pekan lalu, warganet ramai membahas soal orangtua toksik (toxic parents) di lini masa Twitter. Orangtua toksik dipahami sebagai orangtua yang mendidik anak dalam lingkungan dan cara yang tidak sehat. Akibatnya, kesehatan mental anak terganggu.

Warganet terbelah. Sebagian membagikan pengalaman peliknya berurusan dengan orangtua toksik. Sebagian lainnya menormalisasi pola asuh tersebut dengan sejumlah alasan. Alih-alih membantu, normalisasi orangtua toksik dianggap mengerdilkan masalah yang dihadapi anak-anak.

Editor:
khaerudin
Bagikan