logo Kompas.id
β€Ί
Pendidikan & Kebudayaanβ€ΊMenjerat Perempuan Berkedok...
Iklan

Menjerat Perempuan Berkedok Tradisi "Kawin Tangkap"

Praktik "kawin tangkap" menjadi kedok untuk menjerat kaum perempuan di daerah Sumba. Hal itu mengakibatkan pernikahan menjadi gerbang menuju penderitaan berlapis bagi perempuan yang menjadi korban.

Oleh
SONYA HELLEN SINOMBOR
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/D0ml3FcCkGbG69bIpNoryyjsJ9I=/1024x575/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F09%2F20190912bro-fsamin3_1568796403.jpg
KOMPAS/AMBROSIUS HARTO

Pemeragaan prosesi perkawinan adat saat Diskusi Budaya di Festival Samin, Rabu (11/9/2019), di Dusun Jepang, Margomulyo, Bojonegoro, Jawa Timur.

Impian membangun bahtera kehidupan dengan orang yang dikasihi pupus, saat seorang perempuan ditangkap dan dibawa paksa sekelompok orang untuk dinikahkan dengan lelaki yang bukan kekasih hatinya. Meski tubuh dan jiwa berontak, sebagian perempuan di Sumba, tak sanggup melawan praktik kekerasan berkedok atau atas nama tradisi.

Ada yang berhasil lolos dari jerat atas nama tradisi itu, namun jumlahnya hanya hitungan jari. Kenyataannya, ketika perempuan Sumba yang jadi korban kawin tangkap, dia berada dalam tekanan besar sehingga akhirnya pasrah, lalu terpaksa menerima perkawinan itu sebagai takdir dan menjalani kehidupan rumah tangga hingga akhir hayat dengan laki-laki yang tidak dicintainya.

Editor:
evyrachmawati
Bagikan