Salah Siapa?
Bahasa Indonesia seolah tak bisa dipegang. Kadang, ia begitu mudah sehingga orang asing bukan poliglot hanya butuh beberapa pekan bisa mahir berceloteh dan berhahahihi di pasar tradisional. Kadang, juga terkesan sulit.
Susah atau gampang? Rumit atau sederhana? Bahasa Indonesia seolah-olah tak bisa dipegang. Kadang-kadang ia begitu mudah sehingga orang asing bukan poliglot hanya butuh beberapa minggu mahir berceloteh dan ber-hahahihi di pasar tradisional. Di waktu dan tempat lain, ia mengesankan begitu sulit sehingga pakar dan profesor pun sulit berbicara dan menulis secara ”baik dan benar”.
Seorang profesorku orang Amerika, pernah mendapatkan hadiah pertama lomba pidato dalam bahasa Indonesia di Jakarta, memberitahuku dia mengajarkan anaknya yang sedang berlibur-kunjung tiga frasa saja—terima kasih, maaf, apa—plus senyam-senyum dan onggak-angguk serta tunjak-tunjuk lalu melepaskannya keliling kampung dan semua tetangganya memuji-muji anaknya sebagai sangat fasih ber-Indonesia-ria.