Perempuan, Korban Berlapis dari Dampak Krisis Air
Di Indonesia, perempuan diposisikan untuk selalu bersinggungan dengan air, seperti memasak, mencuci baju, mencuci peralatan makan, dan memandikan anak. Mereka menjadi korban berlapis dari dampak krisis air.
Imbauan pemerintah untuk rajin mencuci tangan, sebagai antisipasi untuk memutus mata rantai pencegahan virus Covid-19, dinilai tidak sejalan dengan kondisi di lapangan. Kenyataannya, meskipun air merupakan hak dasar warga negara, hingga kini masih banyak masyarakat yang mengalami krisis air, dan tidak mudah mengakses air bersih untuk kebutuhan mereka.
Di Jakarta, misalnya, privatisasi air (pengelolaan air diserahkan kepada PT Aetra Air dan PT Palyja) memberi dampak besar bagi masyarakat, terutama perempuan. Meski terus membayar dengan tarif tinggi untuk pelayanan air, sejumlah masyarakat seperti di daerah Rawa Badak dan Cilincing, Jakarta Utara, terus mengalami permasalahan seperti air bau, keruh, dan debit air yang sedikit. Bahkan, aliran air hanya jalan di waktu tertentu.