Iklan
Rasa Bersalah Seorang Wartawan
Bagaimana bisa tahun 2016 saya meliputnya, tetapi tidak tahu bahwa tahun 2009 ia sudah berbuat bejat kepada anak didiknya. Pertanyaan kenapa.., kenapa.., dan kenapa terus menyesaki hati dan pikiran. Saya tidak terima.
Pernahkah, sebagai jurnalis, kamu menulis hingga tulisanmu dielu-elukan? Pastinya. Tapi, pernahkah kamu menulis dan tulisan itu berujung pada rasa bersalah tak berkesudahan? Kali ini saya mengalaminya.
Tulisan ini saya buat sebagai bagian dari upaya meredakan rasa bersalah, meminta maaf, dan menerima kenyataan bahwa ini harus jadi pelajaran bagi kehidupan jurnalistik saya ke depan.