logo Kompas.id
โ€บ
Di Balik Beritaโ€บMendaki Zig-zag bak Ular di...
Iklan

Mendaki Zig-zag bak Ular di Lereng Kilimanjaro

Dari Horombo, puncak Kilimanjaro yang bersalju tampak begitu anggun. Langit malamnya bersih berhias bintang. Udara dingin sekitar 10 derajat celsius seakan tak terasa ketika tubuh berbalut pakaian tebal nan hangat.

Oleh
ambrosius harto manumoyoso
ยท 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/yAmkxDHYhFDQMylBh9Wt4n4MzYs=/1024x680/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F07%2F20100921bro-fotoserikilimanjaro6_1625706201.jpg
KOMPAS/AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO

Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri dalam pendakian ke Kilimanjaro, Tanzania, Juli 2010. Kilimanjaro merupakan gunung kedua yang didaki atau setelah pendakian ke Carstensz Pyramid di Papua.

Hari ini, tepat 11 tahun lalu, Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung Wanadri berhasil mengibarkan bendera Merah Putih di puncak Kilimanjaro (5.895 meter), Tanzania, Minggu (1/8/2010).

Namun, sebelum saya ceritakan perjuangan menjejak puncak Kilimanjaro, saya akan lanjutkan terlebih dahulu kisah pendakian dalam tulisan sebelumnya.

Editor:
Sri Rejeki
Bagikan