Kardigan
Kupikir tak ada satu pun kenangan di masa mudaku yang tak terkait dengan kardigan ini. Salah satunya waktu aku menyadari ruangan tiga kali tiga meter, kamarku yang baru di perantauan, tiba-tiba terasa begitu mencekik.
Rasanya mirip air mata yang asin. Semula kupikir begitu, namun kurasa aku salah. Kardigan dan kaus yang lengket di tubuh membuatku yakin kalau aku tak menangis. Panas dini hari ini membuat tubuhku basah kuyup. Keringat yang terbit dari dahi mengalir hingga mataku.
Pukul tiga pagi dan rasanya gerah sekali. Padahal, semalam aku kedinginan. Kardigan tua itu kulepas, kutaruh di meja samping tempat tidur. Kurasa selimut ini juga membuatku bertambah gerah. Aku duduk di pinggiran tempat tidur, mengucek mata yang masih mengantuk sambil melipat selimut tipis di sampingku.