Bekasi, Pada Suatu Hari yang Berdarah
Aku memang puas telah ikut berperan dalam pemusnahan 90 angkatan laut Jepang yang sedang melakukan perjalanan menuju Kalijati itu.
Setiap ingatan itu datang, aku selalu kembali berada di bawah bayang-bayang penyesalan. Ingatan itu seperti menuntut sebuah pertanggungjawaban terhadapku. Air mata ini tidak jarang tumpah. Setiap aku mengusapnya, aku selalu dipaksa membayangkan sungai darah dalam tempurung kepalaku. Darah dari orang-orang yang mati dibantai.
Apabila aku tak mampu menaklukkan bayangan itu, aku akan melangkah untuk berziarah. Kepergianku tak ubahnya penebusan dosa atas apa yang kuperbuat. Dan petang ini, rupanya aku harus kembali ziarah. Sebenarnya aku ingin pergi secara diam-diam tanpa cucuku yang datang dari luar kota tahu. Tapi aku merasakan letih yang luar biasa, setelah hampir setengah hari mengurus sawah.