”Klitih” yang Membuat Yogyakarta Berhenti Nyaman
Aksi ”klitih” di Yogyakarta tak bisa lepas dari sejarah kekerasan dan premanisme yang telah mengakar di tanah Mataram.
Yogyakarta pada pagi hingga sore hari menjadi kota wisata yang dipenuhi para turis. Mereka dengan nyaman mencari kuliner dan berkunjung ke tempat-tempat wisata. Namun, tidak pada malam hingga dini hari. Pada saat itu banyak orang ketakutan keluar rumah karena ada ”momok” yang tak pernah bisa hilang dari kota pelajar tersebut.
Momok tersebut bernama klitih. Aksi tersebut dilakukan dengan cara melukai para pengendara sepeda motor, baik secara random maupun target tertentu. Biasanya aksi ini dilakukan oleh seorang remaja yang masih bersekolah atau pengangguran. Klitih dilakukan di jalanan yang sepi dengan penerangan lampu jalan yang minim. Motif mereka pun tidak diketahui. Biasanya karena iseng atau dendam.