Lokomotif Uap Pegunungan di Indonesia
Lokomotif uap tipe Mallet awalnya lokomotif ringan, tetapi menjadi lokomotif uap terkuat Staatsspoorwegen.
Hadirnya transportasi kereta api di Indonesia didorong oleh penerapan kebijakan perekonomian Hindia-Belanda pada tahun 1830, yaitu sistem tanam paksa berupa komoditas ekspor, seperti teh, kopi, dan kakao. Pesatnya perkembangan industri perkebunan tersebut memunculkan kebutuhan transportasi untuk mendistribusikan hasil perkebunan dari wilayah perkebunan di pedalaman desa ke wilayah pesisir untuk selanjutnya diangkut oleh kapal. Kereta api dipilih oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda sebagai transportasi yang paling cepat dan efisien untuk mengangkut hasil perkebunan.
Melalui perusahaan bernama Nederlandsch Indische Spoorwegmaatschappij (NIS), jalur kereta api pertama di Indonesia mulai dibangun pada 17 Juni 1864 dan rampung pada 1867. Jalur rel kereta api ini menghubungkan Kota Semarang dengan desa kecil Tanggung sepanjang 25 kilometer. Selanjutnya, NIS fokus membangun jalur kereta api untuk mengangkut produk gula dari wilayah Solo dan Yogyakarta sebagai produk ekspor unggulan melalui pelabuhan Semarang.