GURU HONORER
Selarik Nelangsa Pendidik Bangsa
Dalam peringatan Hari Guru Sedunia 2022, guru honorer masih dibayangi kekhawatiran tentang masa depan mereka. Era pemerintahan dan kebijakan berganti, tetapi benang kusut nasib para pendidik bangsa tak kunjung terurai.
![Guru honorer yang tergabung dalam FHK21 Surabaya melakukan aksi damai menolak Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 36 dan No 37 tahun 2018 di Halaman Gedung DPRD Kota Surabaya, Selasa (18/9/2018).](https://assetd.kompas.id/HyfEnwxtPoO0tFVYFV38JBRlNos=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2018%2F09%2F21%2Fd597a285-5349-4a04-a516-f23183876626_jpg.jpg)
Guru honorer yang tergabung dalam FHK21 Surabaya melakukan aksi damai menolak Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 36 dan No 37 tahun 2018 di Halaman Gedung DPRD Kota Surabaya, Selasa (18/9/2018).
Bertugas mulia mencerdaskan kehidupan bangsa, banyak guru honorer justru diganjar upah atau gaji yang sangat murah. Sejumlah kebijakan pemerintah membuat masa depan mereka tak tentu arah. Selarik kisah nelangsa para pendidik bangsa itu tak kunjung tuntas dari masa ke masa.
Pada Juli lalu, genap 18 tahun bagi Dodi Riana (40) mengabdikan diri sebagai guru honorer di Sekolah Dasar Negeri Jaya Mekar, Kecamatan Sindangbarang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Selama itu pula ia menapaki jalan terjal kehidupan yang penuh ketidakpastian.