logo Kompas.id
Bebas AksesDi antara ”Jalan Selamat” dan ...
Iklan

Di antara ”Jalan Selamat” dan Jalan Perjuangan

Keluwesan dan pertimbangan Jakob Oetama dalam menyampaikan pesan menjadi salah satu cara yang membawa media Kompas hidup hingga kini.

Oleh
INSAN ALFAJRI
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/D2xQRuNJAczIxil-Hoq9Clp-fOY=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F09%2F20200910kum1_1599721799.jpg
KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Pelayat membawa koran Kompas saat memberikan penghormatan terakhir kepada jenazah pendiri Kompas Gramedia sekaligus Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama di Gedung Kompas Gramedia, Palmerah, Jakarta, Kamis (10/9/2020). Jakob Oetama tutup usia pada usia 88 tahun,  Rabu (9/9/2020), di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta

Seperti menating minyak penuh. Kira-kira begitulah Kompas saat berhadapan dengan pemerintah Orde Baru yang mengontrol dan mengawasi pemberitaan secara ketat. Suasana itu kerap membuat pemimpin media berhadapan dengan situasi genting, tak terkecuali pendiri Kompas, Jakob Oetama.

”Mas Jakob Oetama, sebagaimana hampir setiap pemimpin surat kabar yang hidup selama kekuasaan Soeharto, bekerja dengan ketegangan orang meniti titian tali di atas jurang. Selalu genting, memilih antara jalan selamat atau survival dan jalan perjuangan, dalam arti menjaga kejujuran,” kata wartawan senior Goenawan Mohamad, ketika dihubungi Kamis (10/9/2020) sore.

Editor:
agnesrita
Bagikan