logo Kompas.id
Bebas AksesSumur Jakob
Iklan

Sumur Jakob

Sekarang sudah bukan zamannya mempertentangkan koran cetak dan media online. Keduanya justru saling melengkapi. Ini tidak berarti koran cetak lalu boleh berenak-enak diri.

Oleh
Sindhunata
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/-6r3QQtI08NHL--pVmoZZ6vP7Tg=/1024x1538/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F06%2F20101123DRA001.jpg
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Sindhunata

Sekarang sudah bukan zamannya mempertentangkan koran cetak dan media online. Keduanya justru saling melengkapi. Ini tidak berarti koran cetak lalu boleh berenak-enak diri. Koran cetak pun harus berlomba. Dan koran cetak akan kalah jika ia berupaya mengimbangi kecepatan media online. Hanya dengan kembali kepada visi dan isilah, koran cetak akan tetap menjadi pesaing yang sulit diimbangi media online.

Visi dan isi adalah ibarat air yang harus ditimba terus-menerus. Hal inilah yang hendak digambarkan Sumur Jakob di Taman Yakopan, Omah Petroek, Karang Klethak, Pakem, Sleman. Sumur sedalam 17 meter ini berhadapan dengan patung Jakob Oetama, karya pematung Wilman Sanur. Terlihat Jakob Oetama memegang tali dan ember timba seakan menawarkan, ”menimbalah dari sumurku ini”.

Editor:
kompascetak
Bagikan