logo Kompas.id
Artikel OpiniTari Sesudah Pandemi
Iklan

Seni Tari

Tari Sesudah Pandemi

Pandemi ini telah memberi ruang dan waktu bagi kita untuk melakukan hibernasi, juga sebagai ruang kreasi yang lebih optimal bagi seni pertunjukan, khususnya tari.

Oleh
PURNAWAN ANDRA
· 1 menit baca
Ilustrasi
SUPRIYANTO

Ilustrasi

Kang Sue-jin, penari, koreografer, dan Direktur Artistik Korean National Ballet, dalam pesannya pada peringatan Hari Tari Internasional, 29 April 2022, menyebut bahwa pandemi ini membuat kita memikirkan kembali arti ”menari” dan ”penari”. Di masa lalu, tari adalah sarana ekspresi dan komunikasi utama melalui gerak tubuh; menjadi performance art yang menggugah jiwa dan menginspirasi penonton. Tarian dibuat dari momen-momen fana, yang membuat para penari bergerak. Namun, Covid-19 telah membatasi, bahkan menghalangi, seni tari dalam bentuk aslinya.

Seiring berkembangnya teknologi, terlebih di masa pandemi, sajian komunikasi seni (tari) saat ini tidak lagi (hanya) muncul dalam ruang waktu yang terbatas, tetapi juga menerabas berbagai medium, mekanisme jaringan digital, hingga bentuk presentasinya. Platorm digital mengubah konfigurasi moda komunikasi dan membuka alternatif ruang untuk beradaptasi serta mengekspresikan gagasan dan imajinasi artistik.

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan
Terjadi galat saat memproses permintaan.
Artikel Terkait
Belum ada artikel
Iklan