logo Kompas.id
Artikel OpiniMelihat Lebih Dekat Fenomena...
Iklan

Melihat Lebih Dekat Fenomena ”Kota Hantu”

Fenomena ”kota hantu”, kawasan penuh gedung tinggi dan perumahan minim penghuni, tak hanya ada di China, tetapi juga di negara lain. Ini dampak ketika urbanisasi dan konstruksi dimotori utang menjadi katalis pertumbuhan.

Oleh
NELI TRIANA
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/RvTjc_kutch0duHLFOSlvKalS7w=/1024x1307/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F03%2F25%2Fcadb3bf9-7905-4ffe-8e87-3e9a982f318a_jpg.jpg

Deretan rumah siap huni terhampar di lahan luas. Di kawasan lain, gedung-gedung tinggi bermunculan. Bangunan-bangunan itu bertumbuhan di tanah-tanah kosong, bekas rawa, atau sawah. Di seputar Jakarta dan kota besar lain, seperti Bandung dan Surabaya, fenomena tersebut jamak ditemui. Daerah lain pun sigap mengikutinya, seperti menyalin begitu saja apa yang terjadi di Jakarta.

Selain di media massa dan media sosial, papan-papan iklan raksasa terutama di sepanjang ruas tol mempertontonkan rumah tapak cantik, unit apartemen modern, sampai tempat bisnis nan elegan. Tak melulu ditawarkan sesuai fungsinya, kepemilikan properti itu lebih sering dikaitkan sebagai investasi yang menjanjikan keuntungan berlipat ganda. Berita antrean membeli rumah atau apartemen sudah tak mengherankan lagi.

Editor:
GESIT ARIYANTO
Bagikan