Pembocoran Lokalitas Sastra, Strategi Literer dan Nasionalisme Kita
Sastra bermuatan lokal tak hanya memperkaya khazanah kesusastraan kita, tetapi juga membentang keberagaman dan multikultur sebuah bangsa. Bagi pembaca, lokalitas mendekatkan mereka kepada realitas akar bangsanya.
Lokalitas sudah lama mewarnai karya sastra Tanah Air dalam latar kultur berbeda-beda. Sejak era kolonial hingga era mutakhir, karya berwarna lokal lahir dan terus diminati. Roman Balai Pustaka, novel peranakan Tionghoa, hingga puisi dan prosa tahun 1980-an yang dikukuhkan lewat konsepsi ”kembali ke akar, kembali ke sumber” dapat dirujuk perihal ini.
Generasi terkini pun tak meluputkan lokalitas sebagai basis penciptaan. Karya Faisal Odang tentang Toraja, Niduparlas Erlang tentang Mentawai, atau karya Benny Arnas tentang Linggau adalah sedikit contohnya.