logo Kompas.id
›
Artikel Opini›Sastra, Takhayul, dan...
Iklan

Sastra, Takhayul, dan Kebuntuan Ideologis

Di era milenial yang sarat gosip dan fitnah, tampaknya kisah Doktor Faust sebagai simbol kesuksesan manusia-manusia Prometheus yang angkuh dan serakah layak ditampilkan dalam konteks kekinian manusia Indonesia.

Oleh
CHUDORI SUKRA
· 1 menit baca
Ilustrasi
SUPRIYANTO

Ilustrasi

Apabila meneropong karya-karya para sastrawan dunia dari zaman ke zaman, kita bisa melihat karakter manusia Barat yang cenderung ekstrem dalam segala hal, baik yang bersifat rasional maupun mistis. Namun, selain kaum rasionalis dan sekularisme radikal, sastra Barat tidak pernah kering dari jenis-jenis roman, drama, dan puisi yang penuh cita rasa keimanan dan dambaan pada nilai-nilai ketuhanan yang sejati. Tentu saja kualitas dan cita rasa keimanan manusia di zaman Nabi Ibrahim memiliki konteks yang berbeda–meski esensinya sama–dengan manusia zaman Einstein sekarang ini.

Pergulatan pemikiran dan religiositas manusia Barat lebih terdapat pada sikap sang pencari atau eksplorator ulung. Bagaikan ketelitian dan ketekunan sarjana dalam ruang-ruang laboratorium. Mereka bertanya dan bertanya, kemudian menemukan jawaban meskipun jawabannya tak lain dari mata rantai pertanyaan baru lagi.

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan