logo Kompas.id
Artikel OpiniPertanian Hijau: ”No Evidence,...
Iklan

Pertanian Hijau: ”No Evidence, Hoax”

Secara umum, praktik pertanian belum menerapkan ekonomi hijau. Perguruan tinggi pertanian dapat memelopori pengembangan pertanian hijau, dan punya bukti empiris untuk ini.

Oleh
ACENG HIDAYAT
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/43LiceScqOojNw6hObvIdVNRQ18=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F03%2F14%2F457df45e-9587-4aaf-9f82-cfbb80f54071_jpg.jpg

Jauh sebelum istilah ekonomi hijau (green economics) mengemuka, para ekonom telah lama mengenal konsep ekonomi lingkungan (environmental economics). Adalah Prof LC Gray dan Prof H Hotelling yang dianggap sebagai peletak dasar teorinya pada awal abad ke-20. Di Indonesia, ekonomi lingkungan sudah mulai diajarkan di perguruan tinggi, antara lain, di UI, ITB, UGM, dan IPB pada akhir 1980-an. Pada tahun 2005, IPB University memberanikan diri membuka Program Studi S-1 Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, dilanjutkan dengan program S-2-nya pada 2007.

Saya mengenal ekonomi lingkungan tahun 1994 pada saat mengambil S-2 di Teknik Lingkungan ITB. Adalah Prof Surna Tjahja Djajadiningrat (Prof Naja, alm), dosen Teknik Industri ITB, alumni Hawaii University, yang memperkenalkannya. Ia mengasuh mata kuliah ekonomi lingkungan dan neraca sumber daya. Perkenalan dengan Prof Naja, sekaligus sebagai dosen pembimbing tesis, telah menghantarkan saya mendalami ekonomi sumber daya dan lingkungan pada program doktor di Humbolt University, Jerman, dan lulus tahun 2005.

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan