logo Kompas.id
Artikel OpiniMaaf Atas Nama Sejarah
Iklan

Maaf Atas Nama Sejarah

Permintaan maaf Pemerintah Belanda atas kekerasan ekstrem dan sistematis menjadi cermin yang baik bagi kita di Indonesia dalam melihat sejarah sendiri dan membangun sikap atas masa lalu.

Oleh
ANDI ACHDIAN
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/v1HDwwE8reD3RH0VFigi8csI9G8=/1024x767/https%3A%2F%2Finr-production-content-bucket.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com%2FINR_PRODUCTION%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F03%2F08%2F4130e706-767a-4d2e-a573-610f58389689_jpg.jpg

Pidato Perdana Menteri Belanda Mark Rutte yang menyatakan permintaan maaf terhadap ”kekerasan ekstrem dan sistematis” yang dilakukan pihak Belanda terhadap orang-orang Indonesia sepanjang periode revolusi nasional menegaskan bahwa kesadaran sejarah suatu masyarakat bukan sekadar produk pengetahuan, melainkan lekat dengan ideologi dan pertimbangan-pertimbangan politik.

Dibutuhkan periode tujuh dekade lebih bagi Pemerintah Belanda untuk mengakui secara resmi ”fakta-fakta memalukan” yang dilakukan militer mereka. Perubahan standar moral tersebut sudah barang tentu lekat dengan perkembangan-perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Belanda masa kini.

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan