Para seniman jalanan menghidupkan kota yang kaku dan egoistis menjadi lebih dinamis dan berbudaya.

Festival ini tidak membawa nilai kompetisi namun untuk mengapresiasi para seniman jalanan dalam menyampaian kritik serta mendorong tumbuhnya lingkungan masyarakat yang ramah disabilitas

Pandemi menyurutkan pendapatan para pelukis wajah. Hidup yang kusam berbanding terbalik dari indahnya wajah tokoh hasil goresan tangan mereka. Namun, mereka enggan menyerah.

Bambang Tridoyo, satu dari puluhan pelukis jalanan di kawasan Glodok, Jakarta. Dari jalananlah penghasilanya mengalir melalui orang-orang yang melintas di tengah polusi dan kebisingan lalu lintas.