Upaya nyata untuk membangun toleransi dan penerimaan keragaman di tingkat komunitas masih harus terus dilakukan dengan pendekatan yang mengakar.

Natal menginspirasi kita untuk terus bekerja demi masa depan yang lebih cerah, baik dalam lingkup pribadi maupun sosial.

Yesus tidak dapat dicapai sendirian, tetapi dengan bersama-sama, dalam komunitas. Gereja pun memberi ruang untuk semua orang.

Kota bersejarah itu masih terpasung oleh beban sejarah akibat konflik berkepanjangan yang tak kunjung usai.

Natal tetap mengingatkan bahwa manusia masih punya harapan bahwa ”kehendak baik” masih bisa terwujud dan dengan itu perdamaian sejati akan terjadi di dunia ini.

Agar damai dan sejahtera dapat dicapai, diperlukan akhlak mulia penyelenggara negara, dunia bisnis, dan warga masyarakat.

Makna Natal kali ini secara teologis dirumuskan secara tepat di dalam teologi pembebasan. Teologi pembebasan mengajarkan agar agama harus berkontribusi untuk menciptakan perubahan-perubahan sosial.

Dalam suratnya kepada bangsa Ukraina yang menjadi korban, Paus Fransiskus meratapi kegagalan untuk mengasihi. Paus Fransiskus mengatakan, “Di dalam diri masing-masing mereka, seluruh umat manusia menderita kekalahan."