Problem fundamental yang perlu digarisbawahi dalam diskursus film dan kritik film Indonesia bukanlah dominasi dari kritik akademik, melainkan akademisi film itu.

Untuk bisa eksis secara global, perfilman Indonesia perlu banyak berbenah. Sokongan pemerintah harus lebih kuat.

Festival Film Indonesia menjadi bentuk dukungan konkret pada kesenian dan kebudayaan, khususnya ekosistem perfilman Indonesia.

Bulan Film Nasional 2023 yang sedianya diselenggarakan di Kineforum, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, batal dilaksanakan. Kisruh tata kelola TIM jadi pangkal masalahnya.

Sejumlah agenda festival film di Indonesia masih tumpang tindih. Akibatnya, manfaat festival film, seperti untuk berjejaring, berdiskusi, dan menambah wawasan, tidak terealisasi secara optimal.

Peran komunitas menjadi salah satu mata rantai penting dalam ekosistem perfilman Indonesia. Mereka tidak hanya memasyarakatkan film di kawasan minim bioskop, tetapi juga menumbuhkan calon SDM perfilman baru.

Belum semua pekerja film memiliki jaminan sosial ketenagakerjaan. Para pelaku industri perfilman kini menilai, asuransi dan kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan perlu diadakan,

Insan film menilai bahwa lingkungan kerja mereka belum aman dan nyaman. Selain jam kerja yang panjang, masih ada risiko keselamatan dan kesehatan kerja, serta kekerasan seksual.