”Klitih” telah menjadi stigma. Tak berbeda dengan ”gali” pada 1983-1985 dan ”PKI” pada 1965-1966.

Fenomena sebagian remaja perkotaan melakukan tindak kekerasan hingga terlibat kriminal atau berhadapan dengan hukum, mendesak dicarikan solusi.

Kekerasan di kalangan pemuda terkait kondisi kerentanan mental dan krisis identitas yang dialami anak muda. Semua berkaitan dengan pola asuh orangtua dan kondisi masyarakat digital saat ini yang kurang beri perhatian.

Kekerasan jalanan memantik keresahan masyarakat karena menimbulkan korban luka, cacat fisik, ataupun meninggal. Di sisi lain, banyak remaja bermasa depan suram karena berhadapan dengan hukum.

Berita kekerasan antarremaja yang berulang kali muncul akhir-akhir ini bisa jadi merupakan tanda awal kegagalan pendidikan dalam keluarga dan institusi pendidikan. Penting untuk mencari akar masalahnya dan solusinya.

Polres Tangerang menangkap 28 anggota geng remaja yang akan tawuran di daerah Tangerang, Banten. Polisi juga mengamankan 4 celurit, 2 golok, satu bom molotov yang diduga akan digunakan saat tawuran.

Delapan pelaku dalam tawuran antar-remaja di Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (19/5/2021), ditetapkan sebagai tersangka. Tindakan mereka menyebabkan korban meninggal dunia.

Kekerasan dalam pacaran biasanya akan terjadi secara berulang dan terus meningkat kefatalannya. Hal ini biasanya berawal dari perdebatan. Lama kelamaan, pelaku akan menjadi semakin emosi dan akhirnya melakukan kekerasan.