Dalam perspektif spiritualitas digital orang lebih merindukan respons virtual melalui like, emoticon, atau hadiah koin, ketimbang perhatian Tuhan sebagau tujuan akhir. Orang akan terlihat beragama saat di atas layar.

Bangsa-bangsa dan pemerintahan-pemerintahan yang tidak berdisiplin dan santai bertindak potensial menuai banyak korban, sementara bangsa-bangsa yang berdisiplin dan berkepedulian tinggi sanggup menurunkan jumlah korban.

Homo digitalis are moral beings who seek truth and justice through digital communication. They are easily hurt, including by words. Hoaxes emerge from vulnerable hearts and serve as an entry point for evil.