logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊPandan-pandan Terakhir Boru...
Iklan

Pandan-pandan Terakhir Boru Tolaki di Konawe

Tanpa kampanye pemanfaatan plastik, ibu-ibu di Konawe telah menjadikan plastik penghias boru, caping khas suku Tolaki. Boru berseling plastik itu menjadi cara beradaptasi dan bertahan dari kerakusan terhadap alam.

Oleh
Saiful Rijal Yunus
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/9Vk4Da_1rnrWjDsUZkvObUrwPtU=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F01%2Ff672a4c0-8ac3-4d2b-8383-aaa0b95d378e_jpg.jpg
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS

Saminten (55), menganyam daun pandan menjadi Boru atau caping khas suku Tolaki, di kediamannya di Desa Baini, Konawe, Sulawesi Tenggara, Sabtu (18/1/2020). Boru buatan Saminten dan puluhan warga Desa Baini ditambahkan plastik karena daun Pandan yang sulit diperoleh.

Duduk bersila di lantai semen rumahnya, Saminten (55) tekun menganyam daun pandan kering. Memegang jarum, jemarinya lincah menganyam, merangkai, dan menyusun pandan menjadi boru.

Gerak ritmis menganyam itu, suara jarum dan benang yang mengiris dan menembus pandan kering, sangat khas. Ada pula dengkuran halus Slamet (31), anaknya, di atas kasur kapuk tipis kelabu. Sabtu (18/1/2020) itu memang masih pagi.

Editor:
Bagikan