logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊJauh di Mata, Dekat di Toa
Iklan

Jauh di Mata, Dekat di Toa

Keberadaan peringatan toa dari mushola baginya masih penting. Sebab peringatan itu bisa diterima saat warga tengah sibuk atau tidur sekalipun. Ia berharap informasi yang lebih akurat sehingga bisa lebih bersiap diri.

Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/8HA1Ak1WE7wDm-GGe42TQILFBS4=/1024x1008/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F01%2FIMG-20200115-WA0015_1579243145.jpg
DOKUMENTASI BPBD DKI JAKARTA

Salah satu perangkat DWS di Cawang, Jakarta Timur, Jumat (17/1/2020). Setiap perangkat DWS memiliki empat pengeras suara, yang dipasang di satu tiang.

Bagi Katiman Kumis (70), warga bantaran Kali Ciliwung di Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, peringatan banjir melalui pelantang bukanlah hal baru. Peringatan lewat pengeras suara itu sudah disiarkan di mushala di sekitar tempat tinggalnya sejak puluhan tahun lalu. Kendati belum terlihat, warga sudah bersiap.

Katiman menceritakan banjir yang menghanyutkan rumahnya pada tahun baru 2020. Saat itu, pelantang di mushala di dekat rumahnya sudah memperingatkan Pintu Air Depok sudah memasuki Siaga 1 sejak siang hari 31 Desember 2019. Pengumuman itu meminta warga bantaran Kali Ciliwung diminta untuk bersiap-siap mengungsi.

Editor:
Bagikan