logo Kompas.id
›
Utama›Situasi Hulu Migas Makin...
Iklan

Situasi Hulu Migas Makin Krisis

Selain produksi yang terus merosot, investasi hulu migas belum mampu menjawab masalah produksi. Selain padat modal, investasi di hulu migas dinilai berisiko tinggi. Investor butuh kepastian kontrak demi stabilitas.

Oleh
ARIS PRASETYO
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/FrEs-oY8UMceh56j51Dh--Nq07M=/1024x607/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F01%2F6f46977f-a78f-44fb-8ff1-0ea3a8c35eb3_jpg.jpg
Kompas/Priyombodo

Menteri ESDM Arifin Tasrif (kiri) berbincang dengan Kepala BPH Migas M Fanshurullah Asa (tengah) dan Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto sebelum menyampaikan capaian kinerja 2019 dan program 2020 di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (9/1/2020).

JAKARTA, KOMPAS — Situasi di hulu minyak dan gas bumi di Indonesia kian krisis. Pasalnya, produksi siap jual atau lifting kedua jenis sumber energi primer tersebut terus merosot dari tahun ke tahun. Perlu perbaikan sesegera mungkin untuk menaikkan produksi dan menarik investasi sebesar-besarnya di dalam negeri.

Berdasar data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), lifting minyak pada 2019 tercatat sebanyak 746.000 barel per hari atau di bawah target 775.000 ba

Editor:
Mukhamad Kurniawan
Bagikan