Relief Peziarahan Iman Orang Dayak
Kisah peziarahan iman orang Dayak terpatri dalam interior Gereja Katedral Santa Gemma Galgani Ketapang, Kalimantan Barat. Terangkai pesan kebaikan pada beragam relief yang dibuat dari ukiran kayu ulin dan bengkirai.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F12%2FGereja-Katedral-Ketapang_85996642_1577379651.jpg)
Gereja Katedral Ketapang, Kalimantan Barat, tampak dari luar, Rabu (11/12/2019).
Nuansa itu dirasakan saat memasuki pintu utama Gereja Katedral Ketapang, Rabu (11/12/2019). Di bawah salib, ada ukiran yang menggambarkan ikatan orang Dayak dengan adat istiadat dan ikatan dengan alam. Hal itu digambarkan dengan manusia bertelinga lebar serta bermata dan hidung yang besar. Pastor Matheus Juli Pr, perancang ukiran di Gereja Katedral Ketapang, menggambarkan itu ”spiritualitas ketakutan”.
”Orang Dayak menafsirkan kejadian hidupnya berhubungan dengan hal-hal menakutkan,” ujarnya, misalnya takut ada hantu atau mati dimakan hantu. Lalu, ada tiga bersaudara dari daratan China, yakni Tan A Hak, Tan A Ni, dan Tan Kaw Pue. Mereka mewartakan kabar kehadiran Yesus pada 1918. Warta itulah yang akhirnya membebaskan orang Dayak dari belenggu ”spiritualitas ketakutan”.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 0 dengan judul "Relief Peziarahan Iman Orang Dayak".
Baca Epaper Kompas