TRADISI ZIARAH
Mengantar Sukacita pada Leluhur
Ziarah sehari sebelum Natal menjadi tradisi warga Manado. Malam Natal mempersatukan mereka kembali dalam rasa cinta dan kebersamaan.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F12%2F50e65784-066e-4d09-9ad9-3953ccb81e4b_jpg.jpg)
Seorang ayah dan anaknya bermain kembang api ketika berziarah ke makam keluarganya di Makam Keluarga Borgo, Wenang, Manado, Sulawesi Utara, pada malam Natal, Selasa (24/12/2019).
Dengan sabar Juricho Mamahit (44) membimbing putri bungsunya menyalakan lilin di atas sebuah makam. Lilin-lilin itu disusun membentuk salib untuk menerangi dua nisan di depannya. Juricho tak dapat lagi melihat wujud kedua orangtuanya. Namun, malam Natal mempersatukan mereka kembali dalam rasa cinta dan kebersamaan.
Selasa (24/12/2019) itu adalah Natal kedelapan orangtuanya berpulang. Sejak itulah tak ada lagi tradisi pasiar (singgah) ke rumah orangtua untuk makan dan berkumpul bersama. ”Dulu kami selalu rayakan Natal bersama. Namun, di sinilah rumah Papa dan Mama sekarang,” kata Juricho saat berziarah di Pekuburan Teling, Manado, Sulawesi Utara.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 2 dengan judul "Mengantar Sukacita pada Leluhur".
Baca Epaper Kompas