logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊBencana Senyap dari Tambang
Iklan

Bencana Senyap dari Tambang

Bumi dibelah dan digali demi sejumput rezeki. Kerusakan lingkungan, lenyapnya flora dan fauna, serta terganggunya kesehatan masyarakat di sekitar tambang sering kali luput dari perhatian. Maka, aturan harus ditegakkan.

Oleh
Atika Walujani Moedjiono
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/o86qef9DyQS15mFI8Z5Rt-g2_5s=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F12%2FTambang-Emas-Ilegal-di-Solok-Selatan_86000229_1577376971.jpg
KOMPAS/YOLA SASTRA

Petambang menggunakan mesin pompa air di tambang emas ilegal sekitar Sungai Pamong Besar, Solok Selatan, Sumatera Barat, Senin (25/11/2019). Mereka mencari emas dari sisa material tanah yang digali oleh petambang yang menggunakan ekskavator. Petambang ini menggunakan merkuri untuk memisahkan emas dari tanah.

Diam-diam kehancuran lingkungan makin masif terjadi di banyak pelosok Indonesia. Hutan digunduli serta kebun dan tepian sungai digali demi emas, batubara, dan minyak. Kerusakan lingkungan dan bahaya kesehatan mengancam di depan mata. Namun, hal ini berlangsung senyap, nyaris luput dari perhatian, meski terus diteriakkan pegiat lingkungan dan akademisi, karena jauh dari kota dan terjadi pada rakyat kecil.

Penelusuran tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana bersama Kompas dan pemerhati lingkungan hidup pada tiga kabupaten di Sumatera Barat, yakni Solok Selatan, Dharmasraya, dan Sijunjung, akhir November, menunjukkan gambaran yang membuat miris.

Editor:
Bagikan