logo Kompas.id
UtamaMenepis Mentok Nasib Perajin...
Iklan

Menepis Mentok Nasib Perajin Kok

Dari tangan para perajin di Tegal, bulu-bulu itik disulap menjadi produk ”shuttlecock” atau kok yang mendukung prestasi bulu tangkis bangsa. Ironisnya, nasib mereka tak melesat cepat seperti kok buatannya.

Oleh
Kristi dwi Utami
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/9rDSxeLVWClNDwywq7i2DAjxbZI=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F12%2FIndustri-Kok_85856863_1576681632.jpg
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI

Perajin membuat kok di salah satu rumah industri kok di Debong Lor, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal, Jawa Tengah, Senin (25/11/2019). Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kota Tegal mencatat, kapasitas produksi, omzet, dan jumlah pengusaha kok berkembang sejak 2013.

Jemari Juriyah (60) lincah memainkan gunting, merapikan satu per satu bulu itik di depannya menjadi bentuk setengah lingkaran. Sesekali ia membolak-balik bulu itik untuk memastikan ukuran. Matanya memicing, berhati-hati. Salah sedikit, bulu itik yang per helainya dihargai Rp 300 itu bisa berakhir di tempat sampah.

”Untuk bisa menggunting sesuai standar, enggak mudah. Saya harus belajar sebulan. Saat itu, saya kerap dimarahi bos karena sering salah,” kata Juriyah, Senin (25/11/2019), di salah satu industri rumahan kok, Kelurahan Debong Lor, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal, Jawa Tengah.

Editor:
Bagikan