logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊRetaknya Rumah Besar
Iklan

Retaknya Rumah Besar

Meletusnya unjuk rasa lebih dari dua bulan terakhir di Irak bukan hanya menggambarkan perlawanan rakyat Irak terhadap pemerintah mereka. Di balik itu, ada persaingan elite di Najaf dan Qom.

Oleh
Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/uHQqX-LknaIqnZJnwER23AVxy6s=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F12%2FIRAQ-PROTESTSBAGHDAD_85598631_1575824970.jpg
REUTERS/ALAA AL-MARJANI

Pendukung ulama Syiah di Irak, Moqtada al-Sadr, berkumpul di dekat rumahnya setelah rumah Sadr diserang, di kota suci Najaf, Irak, 7 Desember 2019.

Unjuk rasa di Irak, yang meletup sejak awal Oktober lalu dan terus berlanjut, ini sesungguhnya merupakan peristiwa luar biasa di mata publik Irak dan bangsa Arab. Menurut Komisi HAM Irak, unjuk rasa itu menelan korban meninggal dan luka-luka.

Disebut peristiwa luar biasa, lebih karena unjuk rasa meletup di wilayah Syiah di Irak. Padahal, kaum Syiah sedang berkuasa berkat sistem politik pasca-ambruknya rezim Saddam Hussein yang memberi kekuasaan besar kepada kaum mayoritas di Irak. Mereka pertama kali mendapat kekuasaan sejak berdirinya negara Irak modern pada 1930-an. Hal yang terjadi saat ini yaitu pemberontakan warga terhadap pemerintahan.

Editor:
samsulhadi
Bagikan