logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊBerbagai Cara, Puncak Tetap...
Iklan

Berbagai Cara, Puncak Tetap Rusak

Puncak selalu menjadi dilema. Tujuan wisata favorit, tetapi alamnya rusak atau sebaliknya. Padahal, dua hal itu bisa dilakukan bersama jika penataan kawasannya jelas dan benar.

Oleh
Aditya Diveranta/Dian Dewi Purnamasari/Neli Triana
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Eg8PywveCzVePAAJnf5Tld8-30E=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F06%2F20190614_FOTO-PILIHAN-KOMPAS_F_web_1560523175.jpg
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Kepadatan lalu lintas di ruas jalur Puncak Pass di perbatasan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, meski diberlakukan jalur satu arah, Minggu (9/6/2019).

Kawasan Puncak di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, belum lepas dari buah simalakama masalah antara tujuan wisata dan area konservasi. Jabodetabek sungguh bergantung padanya. Udara dingin, alam pegunungan dan hutannya memukau sekaligus pengendali keseimbangan lingkungan Ibu Kota dan sekitarnya. Sayang, atas nama pariwisata dan ekonomi, sisi konservasi lingkungan terabaikan.

Konservasi Puncak yang terbilang terabaikan bisa dibuktikan dengan fakta ketidakjelasan kebijakan penataannya sebagai kawasan hijau atau hutan lindung. Selama 17 tahun terhitung hingga 2018, setidaknya terjadi sembilan kali tanah longsor di Jalan Raya Puncak yang meliputi tiga kecamatan, yaitu Cisarua, Megamendung, dan Ciawi (Kompas, 20 Februari 2018).

Editor:
nelitriana
Bagikan