logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊKebudayaan sebagai Kemudi
Iklan

Kebudayaan sebagai Kemudi

Kebudayaan memungkinkan terjadinya perubahan positif untuk kemaslahatan dunia. Karena itu, pemahaman tentang kebudayaan harus sampai pada nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/EaBjgzkTBXLP6AUA6s81FCTpXYI=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F08%2F89f58e6a-5e4a-4ee2-ac0c-fdd1e6f55eee_jpg.jpg
Kompas/Riza Fathoni

Wisatawan asing menikmati panorama sawah berundak di Desa Jatiluwih, yang terletak di daerah Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali, Jumat (9/8/2019). Desa Jatiluwih ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia sejak tahun 2012 karena mempunyai keunikan dan ciri khas pada sistem pertaniannya, yaitu dengan menggunakan konsep filosofi Tri Hita Karana. Berawal dari kearifan lokal, kini Jatiluwih telah menjelma sebagai tujuan wisata terasering Bali selain Ubud.

Kebudayaan memungkinkan terjadinya perubahan positif untuk kemaslahatan dunia. Karena itu, pemahaman tentang kebudayaan harus sampai pada nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

JAKARTA, KOMPAS β€” Kebudayaan harus menjadi pengemudi dan kekuatan yang memungkinkan terjadinya perubahan positif untuk kemaslahatan dunia. Karena itulah, kekayaan yang dimiliki Indonesia sudah seharusnya dijaga dan dioptimalkan untuk mendorong perdamaian dunia dan pembangunan berkelanjutan.

Editor:
yovitaarika
Bagikan