logo Kompas.id
UtamaAntara ”Cendol” dan Konservasi...
Iklan

Antara ”Cendol” dan Konservasi di Lore Lindu

Gelombang pengunjung yang bak “cendol” menjadi bumerang bagi tempat wisata yang berada di kawasan Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah. Konservasi sebagai napas utama pariwisata pun terancam.

Oleh
VIDELIS JEMALI
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/GU7F0pckk3HLfcKSsVf4ayqmJ4c=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F11%2Fe25118a9-ba6b-4e87-b6a7-201e896054e8_JPG.jpg
KOMPAS/VIDELIS JEMALI

Suasana kepadatan tenda dan pengunjung di sekitar Telaga Tambing di kawasan Taman Nasional Lore Lindu, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Minggu (17/11/2019).

Telaga yang ”beruap” di tengah hutan lebat berselimut dingin itu menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk melepas penat. Namun, gelombang pengunjung yang bak ”cendol” belakangan justru bisa menjadi bumerang bagi tempat wisata yang berada di kawasan Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah, tersebut. Konservasi sebagai napas utama pariwisata itu pun terancam.

Setelah mendirikan tenda bersama tiga temannya, Hans Bernoguido (20) menarik napas sejenak. Dari sisi utara area kamping, kepalanya bergeleng-geleng memandang ke arah selatan dan barat. Tenda-tenda penuh sesak di bawah pepohonan dalam cahaya remang.

Editor:
Mohamad Final Daeng
Bagikan