Kamboja Perlu Belajar dari Indonesia
Tokoh oposisi Kamboja Sam Rainsy merasa nyaman, aman, dan leluasa bergerak di Indonesia. Ia menyebut Kamboja perlu banyak belajar dari Indonesia. Ia terkesan dengan praktik demokrasi dan kebebasan di Indonesia.
![https://cdn-assetd.kompas.id/SsflDtsYXTNacarrgMZuUNYn5Wk=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F11%2FINDONESIA-CAMBODIA-POLITICS_84930628_1573747384.jpg](https://cdn-assetd.kompas.id/SsflDtsYXTNacarrgMZuUNYn5Wk=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F11%2FINDONESIA-CAMBODIA-POLITICS_84930628_1573747384.jpg)
Tokoh oposisi Kamboja, Sam Rainsy (tengah), yang juga pemimpin Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP), meninggalkan kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Indonesia di Jakarta, Kamis (14/11/2019).
JAKARTA, KOMPAS -- Pemimpin oposisi Kamboja di pengasingan, Sam Rainsy, tiba di Indonesia pada Kamis (14/11/2019). Rainsy disebutkan bertemu dengan anggota DPR di Jakarta dan berkunjung ke kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.
Sam Rainsy adalah salah satu pendiri Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP) yang dilarang oleh Pemerintah Kamboja. Rainsy yang tiba dari Malaysia tengah berupaya untuk kembali ke Kamboja.